Pesta Bakar Batu merupakan sebuah kegiatan adat masyrarakat suku papua yang berawal di bagian pedalaman yaitu di Lembah Baliem. Dalam masyarakat di Kab. Paniai menyebutnya Gapiia, dan yang lainya di Kab. Wamena menyebutnya Kit Oba Isogoa dalam Versi Lainya Menyebut istilah ini dngan sebutan Barapen.
Pesta ini di laksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, upacara kematian, dan juga dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antar suku.
Pesta bakar batu ini bertujauan untuk membuat suatu hidangan berupa daging babi sebagai menu utama, dan sayur-sayuran serta ubi-ubian sebagai pelengkapnya yang di masak secara bersama sama. Maka dari itu kegiatan ini dinamakan pesta.
Makna Simbol Babi Dalam Pesta Bakar Batu (Barapen)
Dalam prosesi acara pesta bakar batu. Babi merupakan hewan yang sangat penting dalam acara ini. Karena merupakan hidangan utamanya. Selama berabad-abad lamanya babi dilihat sebagai harta kepmilikan yang paling penting bagi sebagian besar masyarakat suku papua, selain kulit bia (uang) dan perempuan dalam masyarakat pegunungan. Bahkan kekayaan dan prestise seseorang diukur dengan kepemilikan sejumlah babi.
Babi bukan saja diternakkan untuk dagingnya, tetapi juga merupakan status simbol bagi si pemilik babi. Semakin banyak babi yang dimiliki seseorang di sebuah kampung, semakin tinggi pula statusnya atau semakin banyak yang dapat dihadiahkannya, semakin besar pula pesta yang diselenggarakannya.
Tidak disangkal bahwa makna babi bagi masyarakat pegunungan amat penting dan bersifat multiphase. Memotong babi selalu terikat pada beberapa peristiwa penting yang berkaitan dengan hidup sosial dan kepentingan bersama. Beberapa tempat masyarakat pegunungan memiliki mitos tentang babi
Di antara suku Eipomek misalnya, anggota dari pengguna kelompok keluarga bahasa Mek ada kepercayaan bahwa babi adalah salah satu leluhur. Sebagai bentuk pertalian antara klan tersebut dengan leluhur ini, sekitar sepertiga dari suku Eipomek dilarang mengkonsumsi babi.
Legenda di masyarakat pegunungan yang lain, seperti suku Damal pun mengisahkan bahwa babi-babi bersama dengan manusia keluar dari gua leluhur di Lembah Baliem. Diyakini bahwa babi dapat digunakan sebagai korban persembahan bagi arwah, mengganti manusia.
Misionaris John Ellenberger yang menulis tentang suku Damal, menyatakan bahwa di masa lalu sekelompok manusia terkena suatu tragedi besar seperti wabah penyakit atau kelaparan, lalu mempersembahkan korban nyawa manusia bagi arwah tertentu sebagai tindakan untuk mengakhiri nasib buruk.
Tetapi pada era 1930-an, masih menurut Ellenberger, sebelum adanya pengaruh dari luar termasuk agama Kristen, suku Damal dari Beoga dan Ilaga memutuskan untuk menjadikan seekor babi sebagai pengganti manusia saat pemimpin ritual menganggap perlu adanya persembahan.
Makna Dan Tujuan Pesta Bakar Batu (Barapen)
Bagi masyarakarakat papua pesta bakar batu tidak hanya menjadi sebuah tradisi dan kebudayaan yang mereka lakukan untuk sekedar bersenang-senang berkumpul untuk makan besar. Namun di dalamnya mengandung maksud dan tujuan tertentu yaitu sebagai berikut:
1. Rasa Syukur
Budaya ini bermakna sebagai wujud rasa syukur kepada tuhan atas limpahan berkat, rezeki yang telah di berikan kepada mereka. Yang mereka gunakan untuk memeriahkan acara pernikahan, penyambutan tamu besar. Selain itu Pesta ini juga diadakan sebagai salah satu prosesi dalam upacara kematian dan merupakan ritual tradisi. Bukan hanya itu saja, pesta bakar batu ini juga digunakan saat terjadi perdamaian setelah perang antar suku.
2. Ajang berkumpul
tradisi bakar batu ini juga digunakan sebagai ajang untuk berkumpul bagi warga setempat. Dalam acara ini akan terlihat bagaimana hubungan solidaritas dan kebersamaan di antara warga Papua.
3. Saling memaafkan
Layaknya masyarakat muslim, yang saling bermaaf-maafan di hari lebaran. di dalam adat suku papua pun mereka juga melalkukan hal tersebut. Yaitu sebagai ungkapan rasa saling memaafkan diantara mereka.
Pesta bakar batu yang awalnya hanyalah tradisi keluarga itu, kini memang telah merakyat, dikenal seluruh suku di tanah cendrawasih ini. Dan tidak jarang acara ini sebagai salah satu bagian untuk acara pennyambutan tamu-tamu dari kalangan para pejabat. Seperti presiden, menteri dan para pejabat daerah setempat. Sebagai makna penghormatan dan ucapan selamat datang.
Prosesi Pesta Bakar Batu (Barapen)
Di dalam Pelaksanaan pesta bakar batu terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan, hal ini dimulai dengan mencari kayu bakar dan batu yang akan digunakan untuk memasak. Hal ini biasanya dilakukan oleh kaum pria.
Selanjutnya batu dan kayu bakar yang telah dikumpulkan tadi disusun dengan urutan batu-batu berukuran besar diletakkan pada bagian paling bawah, kemudian bagian atasnya ditutupi dengan kayu bakar.
Selanjutnya, disusun lagi batu-batu dengan ukuran yang lebih kecil hingga bagian teratas ditutupi dengan menggunakan kayu. Barulah selanjutnya tumpukan batu dan kayu tersebut dibakar hingga batu menjadi panas dan hingga kayu habis.
2. Eksekusi hewan ( Babi )
Di dalam adat trdisional biasanya setiap suku menyerahkan babi dan secara bergiliran setiap kepala suku memanah babi tersebut. Prosesi memanah ini juga mempunyai makna tersendiri. Apabila dalam sekali panah babi tersebut langsung mati, maka hal ini menandakan bahwa acara tersebut akan sukses. Namun sebaliknya, jika babi tersebut tidak langsung mati, maka diduga sesuatu yang tidak beres akan terjadi pada acara tersebut.
Namun saat sekarang pengeksekusian babi tidak hanya dengan cara di panah namun juga dengan cara di pukul samapi babi tersebut mati. dan hal ini juga tidak harus di lakukan oleh kepala suku saja, namun masyarakat biasapun boleh melakukannya. Mengingat hal ini sudah menajdi kegiatan rutin masayarakat suku papua di dalam memperingati acara-acara tahunan seperti Natal dan pada hari kemerdekaan.
![]() |
Proses pengeksekusian babi oleh salah seorang kepala suku |
3. Memasak
Saat kaum pria menyiapkan babi yang akan dibakar, kaum wanita akan menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan dimasak.
Hewan ini kemudian dibelah, mulai dari bagian bawah leher sampai kaki belakang. Isi perut yang tidak dimakan akan dibuang dan yang akan dimakan maka harus dibersihkan terlebih dahulu. Begitu juga dengan sayur- sayuran dan umbi-umbian yang akan dimakan. Dan kaum pria juga menyiapkan sebuah lubang yang besarnya disesuaikan dengan banyaknya makanan yang akan dimasak . Kemudian lubang tersebut dilapisi dengan alang- alang serta daun pisang.
Dengan menggunakan apando yaitu jepit kayu khusus, batu-batu yang telah panas tadi pun dipindahkan dan didudu di atas daun-daunan tadi.
![]() |
apando alat yang di gunakan untuk memindah batu yang telah dibakar ke lubang |
Setelah itu dilapisi lagi dengan alang-alang. Barulah di atasnya dimasukkan daging babi. Selanjutnya, babi bakar tersebut ditutup lagi dengan daun-daunan. Tak lupa setelah itu, batu-batu panas kembali diletakkan di atasnya dan dilapisi lagi dengan menggunakan rumput-rumputan yang tebal.
Setelah itu, hipere (ubi jalar) disusun di atasnya. Lapisan berikutnya adalah alang-alang yang ditimbun lagi dengan batu membara. Kemudian sayuran berupa iprika atau daun hipere, tirubug (daun singkong), kopae(daun pepaya), nahampun (labu parang), dan towabug atau hopak(jagung) diletakkan di atasnya. Tidak cukup hanya umbi-umbian, kadang masakan itu akan ditambah dengan potongan barugum (buah).
Terakhir barulah menaburinya dengan tanah dengan tujuan agar panas yang berasal dari batu tidak menguap. Kemudian menunggu sekitar 60 sampai 90 menit sampai daging babi
Setelah matang, rumput akan dibuka dan makanan yang ada di dalamnya mulai dikeluarkan satu persatu, kemudian dihamparkan di atas rerumputan. Sesudah makanan terhampar di atas, ada orang yang akan mengambil buah merah matang. Buah itu diremas-remas hingga keluar pastanya. Pasta dari buah merah dituangkan di atas daging babi dan sayuran. Garam dan penyedap rasa juga ditaburkan di atas hidangan.
4. Makan bersama
Setelah semuanya siap, tibalah saatnya bagi warga untuk makan bersama menyantap hidangan babi tersebut. Semua penduduk akan dan berkerumun mengelilingi makanan tersebut. Dalam hal ini, kepala suku akan mendapat jatah pertama, barulah selanjutnya diikuti oleh semua orang baik pria, wanita, orang tua, maupun anak-anak.
Source:
Wikipedia